Jumat, 23 Maret 2012

Gairah Liar di Tengah Pendakian

Namaku Asep, umurku 30 tahun. Saya belum menikah alias masih lajang. Pendidikanku hanya tamat SMP negeri di desaku di kawasan Puncak, Bogor. Itu pun sudah 2 kali tidak naik kelas. Saya tidak mempunyai pekerjaan yang tetap, pernah jadi satpam di sebuah villa, tetapi sudah berhenti, karena pekerjaannya yang tidak jelas. Pekerjaan sebagai satpam, menurut saya tidak ada tantangannya, setiap hari hanya jaga terus. Dan gajinya juga tidak seberapa, hanya Rp 250.000,00. Setelah tidak lagi menjadi satpam, saya bekerja serabutan. Pernah ikut bapak menjual sayur di pasar Cipanas, tetapi tidak saya teruskan. Pernah jadi kuli borongan bangunan, tetapi karena sepi, saya dikeluarkan. Pernah jadi supir angkot sebentar lalu dikeluarkan, karena sering ditilang polisi. Tetapi pekerjaan yang kini saya jalani sesuai dengan hobby saya. Saya senang sekali naik gunung. Waktu masih SMP, seminggu sekali saya bersama teman-teman mendaki gunung Puteri. Saya sudah hafal sekali akan jalan di daerah itu. Saya mengerti persis mana jalan pintas menuju puncak gunung itu dan mana jalan berkeloknya. Tempat air terjun pun saya mengerti, ada yang letaknya begitu sepi dan menarik, atau yang agak ramai di datangi pengunjung. Akhirnya, saya bekerja menjadi pemandu di gunung Puteri. Para tamu menggunakan jasa saya untuk menemani mereka mendaki gunung, karena mereka mendengar cerita dari rekan mereka yang pernah ke puncak gunung Puteri dengan saya. Dalam sebulan, saya bisa 4 atau 5 kali mendapat tamu yang minta di antar ke puncak gunung itu. Setelah, saya mengantar mereka ke tempat menarik di sekitar gunung itu, mereka selalu memberi upah yang lumayan, apalagi kalau tamunya orang asing atau bule, minimal 100 dollar saya dapatkan dari mereka untuk sekali pendakian. Saya memang tidak pernah memberi tarif, karena di lain pihak, saya juga menikmati perjalanan ini dan saya pun bisa menyalurkan hobby saya. Biasanya kami mulai start sekitar pukul 01.00 dini hari, sampai di puncaknya sekitar pukul 5 pagi. Di sana kami bisa berhenti dan duduk-duduk untuk menikmati sunrise yang indah. Bermacam ragam tamu yang pernah saya antar, untuk mendaki gunung itu, ada murid-murid SMA, mahasiswa/i, bahkan tamu asing pun sering pula saya antar ke puncak. Biasanya setelah menikmati sunrise, saya mengajak mereka ke air terjun untuk menikmati dinginnya air itu. Lama perjalanan ke air terjun dari tempat kami menikmati sunrise sekitar 1 jam. Memang agak jauh, tetapi amat menyenangkan. Karena suasana dan udara seperti ini tidak bisa mereka alami di kota besar.


Sekali waktu pada pertengahan Juni 2009, saya mendapat tamu, yakni dua orang wanita bule dari Australia yang meminta saya menemani mereka, namanya Francesca dan Andrea. Meskipun bule, mereka lumayan fasih berbahasa Indonesia. Bagi mereka, bahasa Indonesia termasuk bahasa yang mudah dipelajari dan itu menjadi salah satu pelajaran ekstrakulikuler sewaktu mereka dahulu di Senior High School (SMA). Dalam rangka mengisi liburan kerja, mereka berencana untuk camping selama 3 hari 2 malam. Keberadaan mereka di Indonesia, khususnya di Jawa Barat ini memang cepat, karena keterbatasan ijin yang mereka dapatkan dari pimpinan di mana mereka bekerja. Mereka hanya diperbolehkan mengambil libur seminggu oleh pimpinan mereka. Karena mereka menjunjung tinggi nilai-nilai kedisiplinan, maka mereka menggunakan waktu yang sempit ini sebaik-baiknya untuk menikmati Gunung Puteri. Hari Senin sore sekitar pukul 3, saya sudah menunggu mereka di restoran Simpang Raya. Ada sekitar 30 menit saya menunggu mereka, tentu saja dengan sudah mempersiapkan segala keperluan pribadi untuk camping. Sedang asyik merokok saya melihat ada 2 turis perempuan dengan tas ranselnya masing-masing turun dari sebuah mobil carteran. Saya mendekati mereka lalu menyapa dengan bahasa Inggris yang amat pas-pasan dan ala kadarnya, maklum nilai bahasa Inggris saya di raport kalau tidak 3 atau 4

"Francesca and Andrea? You..."

Kemudian mereka menjawab: "Yes, we are Cesca and Dhea. Are you bapak Asep?"

Menjawab pertanyaan itu, dalam bahasa Inggris yang ngawur, saya cuma bisa bilang: "Yes.. I... Asep. Only call me Asep, no bapak. Still young. Ok?"

Mereka tersenyum dan tertawa, lalu saya terkejut

"Oh, anda bapak...oh sorry Asep? Senang berjumpa anda yang meluangkan waktu untuk kami kemping dan mendaki gunung Puteri ini."

Hah...rupanya mereka mengerti bahasa Indonesia dengan logat bule mereka yang kental. Kami saling berkenalan dan istirahat sebentar di sekitar simpang Raya. Dari perkenalan itu, saya tau mana Francesca, yang dipanggil Cesca. Dan mana Andrea, yang dipanggil Dhea. Kedua bule ini masih muda, umurnya 24 tahun. Mereka bekerja di tempat yang sama di bagian keuangan sebuah perusahaan bir. Cesca dan Dhea adalah bule yang cantik dan menarik. Hidung mereka mancung sekali, matanya kebiru-biruan, dan kalau mereka berdiri, saya hanya sepundaknya saja. Kulit mereka tidak seperti kebiasaan kulit orang bule lainnya yang kasar, begitu lembut dan halus kulit mereka yang berwarna putih agak kemerahan. Rambut Cesca agak lebih panjang daripada Dhea, warnanya pirang, sedangkan rambut Dhea agak merah. Yang menarik juga pada diri mereka adalah payudaranya yang lumayan montok. Karena kaos yang mereka kenakan agak rendah, beberapa kali saya bisa melihat belahan dadanya yang ranum itu. Tampak payudara itu bergerak-gerak di balik kaos yang mereka pakai.

Sebelum beranjak dari tempat itu menuju tempat kemping yang memakan waktu 1,5 jam perjalanan dengan menyewa angkot, kedua cewek bule itu mengajak saya makan. Akhirnya mereka memutuskan untuk makan sate kambing. Kami memesan 3 porsi sate kambing dan makan bersama di tempat itu, bedanya kalau saya memakannya dengan nasi, mereka tanpa nasi. Tampak ceria sekali mereka berdua, terkadang mereka bercanda dalam bahasa Inggris, sehingga saya tidak mengerti apa yang mereka perbincangkan. Yang saya lihat, bila Cesca mengambil sate itu dan memasukkannya ke dalam mulut, Dhea menggodanya, seolah mau merebut sate itu. Dan bila Dhea akan menggigit sate itu, maka Cesca akan menahan tangan Dhea, sehingga Dhea agak terhambat memasukkan sate itu ke dalam mulutnya. Melihat mereka yang sedang bercanda, saya hanya bisa senyum-senyum saja, dan mereka juga ikut tersenyum. Saya yang tidak mengerti akan apa yang menjadi bahan bercanda mereka, sepertinya menangkap kalau mereka sedang bercanda yang jorok alias porno. Mungkin mereka membayangkan, bahwa sate yang mereka pegang dan masukkan ke dalam mulut itu ibarat kemaluan pria.

“Ah dasar bule”, saya hanya bergumam di dalam hati.

Setelah acara makan selesai, Cesca mau mengambil sesuatu dari tas ranselnya, otomatis dia membungkukkan badannya. Pada saat itu, tanpa disengaja, saya melihat gumpalan payudara Cesca yang putih montok itu. Sesaat saja, saya melihat pemandangan itu. Untungnya Andrea sedang ke wc, sehingga saya dengan leluasa melihat pemandangan indah itu tanpa ragu. Kemudian Cesca mengeluarkan sebungkus rokok dari ranselnya itu. Sebagai ungkapan ramah, saya menyodorkan korek api kepadanya dan setelah rokok itu menyala, kelihatan sekali Cesca menikmati rokok itu. Setelah Dhea kembali dari WC, ia pun ikut merokok. Rupanya Dhea lah yang membayari makan sore kami itu. Setelah dirasa cukup istirahat, kami akhirnya memutuskan untuk berangkat ke tempat kemping. Sekitar pk 5 sore, kami meninggalkan Simpang Raya menuju tempat kemping yang jaraknya sekitar 1,5 jam perjalanan. Cuaca sore hari itu cerah, dan tepat pk 6.30 sore, kami sudah tiba di tempat itu. Tempat kemping kami begitu sunyi dan sepi, jauh sekali dari rumah penduduk, hanya ada suara air dan binatang. Tempat ini, sepertinya sudah menjadi tempat khusus bagi saya untuk kemping. Masing-masing pemandu di sini sudah saling mengerti akan tempatnya masing-masing, sehingga tidak main serobot saja. Di tempat itu kami membuat 2 kemah, 1 kemah kecil yang cukup untuk saya pribadi, dan 1 kemah yang agak besar untuk Cesca dan Dhea. Setelah selesai mendirikan 2 kemah, Cesca dan Dhea hendak mandi di sungai. Letak sungai itu tidak begitu jauh, hanya sekitar 50 m saja. Saya tidak berniat mandi malam itu, karena td sudah mandi di rumah sebelum menjemput mereka. Sementara mereka mandi, saya mengumpulkan beberapa batang kayu kering yang ada disekitar sana untuk membuat perapian. Hal ini saya lakukan supaya ada kehangatan di tengah udara dingin ini, dan membuat keadaan di sekitar menjadi agak terang.

30 menit kemudian Cesca dan Dhea kembali dari mandinya di sungai, mereka tampak segar. Memang cantik kedua cewek bule ini dan seksi, gumam saya dalam hati. Mereka kini mengenakan hotpans yang memperlihatkan paha mereka yang montok dan mulus. Saya juga menyaksikan di balik kaos yang mereka kenakan, tampak tonjolan sepasang puting payudara mereka, yang kelihatannya tidak dibungkus oleh bra. Sexy sekali mereka malam ini. Di tempat kemping itu, kami ngobrol untuk rencana kegiatan selanjutnya. Suasana menjadi nyaman dan kami bisa saling berkomunikasi. Saya pun bilang kepada mereka, bahwa mereka adalah turis yang paling cantik yang pernah saya temani, dan juga mengatakan bahwa mereka sexy sekali. Mendengar pengakuan saya, mereka tertawa penuh bangga dan berterima kasih atas pujian itu. Mereka terkadang menggunakan bahasa Inggris saat bercanda, yang sepertinya merahasiakan sesuatu kepada saya. Dari perbincangan kami malam itu, mereka memutuskan hendak menikmati sunrise dari puncak gunung. Akhirnya kami sepakatmaka untuk berangkat dari tempat kemah sekitar pukul 1 pagi. Saya mempersilahkan mereka membawa barang secukupnya supaya tidak repot di jalan, tentu saja uang dan barang berharga mereka harus dibawa, sedangkan yang lain dapat ditinggalkan di dalam tenda. Saya menjamin, semuanya akan aman. Mereka menyetujui usul saya. Setelah menjelaskan rute perjalanan dan tempat-tempat yang akan dilewati, mereka bertanya tentang air terjun yang indah itu. Saya pun menjelaskannya dalam bahasa Indonesia. Begitu antusias Cesca dan Dhea, mendengar penjelasan saya, khususnya mengenai air terjun itu yang airnya bukan saja menyegarkan tubuh, tetapi juga bisa dipercaya membuat awet muda. Rupanya ke dua cewek bule yang cantik dan seksi ini mau awet muda juga. Setelah menjelaskan itu semua, saya menyarankan untuk istirahat. Waktu saat itu sudah menunjukkan pk 10.00 malam, berarti masih ada waktu sekitar 3 jam untuk istirahat. Cesca dan Dhea menyetujui hal itu, dan malam itu mereka istirahat. Saya masih di depan tenda, memikirkan rencana perjalanan besok. Sedang enak-enaknya berpikir sambil merokok, saya bisa melihat apa yang di lakukan Cesca dan Dhea di dalam tenda itu. Jelas kelihatan dari tempat duduk saya, bila memandang ke tenda yang mereka tempati dengan hanya di terangi lampu kecil di dalamnya, Cesca dan Dhea melepaskan kaosnya masing-masing. Jelas sekali siluet tubuh mereka dengan tonjolan payudaranya yang indah membayang seolah menembus tenda itu. Betapa cantik dan molek ke dua cewek bule itu.

Pemandangan itu tentu saja membuat saya terangsang. Tetapi, saya tidak berani bertindak sembarangan. Saya pun akhirnya masuk ketenda untuk istirahat, supaya tubuh ini tetap sehat saat perjalanan sebentar pagi. Sekitar pk 00.30 lewat, saya keluar tenda dengan baju yang tebal dan berlapis-lapis untuk mengusir hawa dingin, lalu membereskan barang-barang yang nanti akan saya bawa. Saya menunggu mereka di luar tenda. Sekitar 20 menit menunggu akhirnya Cesca dan Dhea keluar dari tendanya, rupanya mereka sudah menggenakan kaos yang semalam mereka pakai, tetapi masih mengenakan hotpansnya. Setelah memakai sepatu, mereka mengenakan jaket mereka masing-masing. Melihat hal itu, saya berpikir dalam hati dan menilai bahwa mereka cukup nekad berhadapan dengan hawa dingin, bukannya pakai celana panjang, tetapi pakai celana hotpans yang bahannya dari kaos. Mungkin mereka sudah biasa di hawa dingin, sehingga tahan dengan hawa seperti ini. Setelah dirasa siap semua, kami pun berangkat. Dalam perjalanan, yang saya perhatikan, mereka saling becanda dan menggoda. Terkadang mereka saling menyentuh anggota tubuh mereka masing-masing, bahkan saya melihat kalau Dhea dengan nakalnya meremas payudara Cesca. Tindakan itu, terkadang membuat saya risih, apalagi saat Cesca mau membalas ke Dhea. Dhea seolah menjauh dan berlindung di balik tubuh saya, akibatnya saya dijepit dua arah oleh kedua cewek bule itu. Terkadang lengan saya, tanpa saya kehendaki, bersentuhan dengan payudara Cesca dan Dhea yang ranum itu. Begitu empuk payudara itu, saya pun jadi terangsang dengan tingkah becanda mereka yang memberi keuntungan pada saya. Mereka tampil seperti anak kecil yang sedang bercanda, dan sayalah yang menikmati enaknya. Dalam perjalanan itu, hawa dingin dan sepi menyelimuti kami. Bagi saya yang mengenakan baju hangat, tidak begitu terganggu dengan hawa dingin ini, begitu pula Cesca dan Dhea, karena mereka terus bercanda, sehingga mereka merasa hangat. Tak terasa, akhirnya kami sampai di puncak gunung, langit mulai terang. Tak beberapa lama kemudian, kami menikmati terbitnya matahari perlahan demi perlahan. Saya duduk di atas sebuah batu sambil menikmati keceriaan mereka. Tak henti-hentinya mereka mengabadikan terbitnya matahari dengan kameranya. Silih berganti pula, mereka saling foto, sampai akhirnya saya pun diajak untuk berfoto bersama dengan mereka. Saya merasakan, inilah pengalaman yang paling indah dan menyenangkan selama saya menemani tamu.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan kami memutuskan untuk menuju air terjun. Perjalanan menuju air terjun, kami tempuh sekitar 1 jam lebih. Hawa dingin yang baru saja kami alami, kini sudah berganti dengan teriknya sinar matahari. Karena hawa sudah mulai hangat, saya melepas baju dingin dan jaket lalu memasukkannya ke dalam tas ransel. Cesca dan Dhea pun melakukan yang sama, mereka melepaskan jaketnya. Kembali pemandangan yang semalam saya lihat, muncul lagi pada pagi ini. Sekali-sekali saya melirik tubuh mereka yang terbuka, yakni paha dan belahan dada mereka. Saya bisa menerka, kalau mereka saat ini tidak menggenakan bra. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan mereka dengan berpergian tanpa bra. Untung saja, jalan yang kami lalui sepi sekali. Selama dalam perjalanan, kami tidak berjumpa dengan orang lain. Kini saya bisa membayangkan betapa padatnya tubuh mereka berdua, dengan payudara yang montok, dan paha yang mulus. Keringat yang keluar dari ubun-ubun kepala mereka mengalir melewati pipi, menambah betapa seksinya mereka saat itu. Beberapa kali saya melihat Cesca dan Dhea mengelap keringat di kening mereka dengan mengenakan ujung kaos mereka. Akibatnya, beberapa kali pula saya melihat tubuh ramping mereka yang begitu putih saat mereka mengelap keringat di dahinya dengan ujung kaos itu. Bahkan, saya bisa melihat payudara Cesca yang putingnya berwarna kemerahan saat ia mengusap keringat di dahinya. Mereka pun tetap becanda penuh gembira dihadapan saya, becanda yang membangunkan kelelakian saya. Bayangkan saja, Cesca dengan begitu nakalnya membantu Dhea mengusap dahinya yang berkeringat dengan mengangkat ujung kaos Dhea tinggi-tinggi sehingga payudara Dhea yang sekal dan berisi tanpa ditutup bh, kelihatan jelas di hadapan saya. Betapa putingnya itu, menantang untuk dihisap. Dhea yang diperlakukan spt itu, bersijap cuek saja. Bahkan, Dhea membalas perlakuan Cesca itu dengan juga mengangkat ujung kaos itu, dan mengusap wajah Cesca. Itulah becandanya cewek bule yang sangat sensasional, seolah membangkitkan nafsu saya. Sesampainya di air terjun itu, suasana begitu sepi, hanya kami bertiga yang ada di sana. Sejuk sekali air itu, sehingga saya ingin mandi di sana. Tetapi saya sadar, lalu berpikir untuk menunda mandi. Lebih baik, saya menunggu keinginan tamu saya itu. Rupanya Cesca dab Dhea sudah melepas sepatu mereka, dan meletakkannya di atas bebatuan. Mereka sedang asyik main siram-siraman air. Terkadang kenakalan mereka keluar dengan menyiram tubuh saya dengan air. Karena suasana sudah akrab, saya meletakkan ransel saya dan melepas sepatu gunung saya dan ikut dalam keriangan mereka. Saya membalas perlakuan mereka yang menyiram saya dengan perlakuan yang sama. Baju kami masing menjadi basah. Dan akhirnya, suatu pemandangan yang indah sekali ada di hadapan saya.

Saya begitu terkejut, ketika Cesca dan Dhea melepaskan kaosnya masing-masing. Kini di hadapan saya, terpampanglah dua tubuh sexy yang luar biasa indahnya, telanjang dada. Betapa indah, putih dan mulusnya tubuh kedua wanita bule itu dengan sepasang payudaranya yang montok, ranum dan indah itu. Tidak ada sedikit pun rasa malu yang saya lihat pada wajah mereka. Bahkan lebih gila lagi, tiba-tiba Cesca menurunkan celana hotpans Dhea, bersamaan dengan cdnya. Begitu pula sebaliknya, Dhea menurunkan celana hotpant Cesca dan meloloskannya lewat kaki indah itu. Luar biasa pemandangan indah yang saya saksikan di tempat itu. Tubuh Cesca dan Dhea, bugil polos tanpa tertutup benang sehelaipun terlihat bebas di hadapan saya. Sepasang tubuh yang mulus, tubuh wanita bule dalam keadaan telanjang bulat. Tidak ada rasa malu atau risih dari mereka, justru saya yang terbengong menatap tubuh bugil mereka. Bahkan, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah dikuasai, mereka mengajak saya untuk terlibat dalam keriangan itu sambil mandi bersama. Dengan berlagak malu, kulepaskan kaos dan celana panjangku. Meskipun aku paham sekali kalau jam segini, lokasi ini pasti sepi, aku tetap tidak berani membuka cd ku, penutup terahir yang menempel menutup penisku. Saya mengagumi keberanian kedua cewek bule ini yang sangat berani tampil bugil. Perlahan-lahan saya dekati mereka, dan mereka menyambut ke datangan saya dengan tepuk tangan. Nikmat rasanya mandi bersama ke dua wanita bule yang sudah bugil itu. Tiba-tiba aku terkejut dan bingung juga ketika Cesca memasukkan tangannya yang lembut ke dalam cdku dan meremas batang penisku yang sudah menegang. Dari beberapa wanita yang pernah main sama aku, mereka selalu mengatakan kalau penisku ini besar dan panjang. Mereka sangat puas bersetubuh denganku. Misalkan saja ce Maya, istri simpanan juragan angkot yang bahenol itu yang pernah mengajakku main gila, begitu nafsu sekali saat aku setubuhi. Ce Maya memuji keperkasaan penisku yang mendatangkan kenikmatan itu. Gilanya lagi, perlakuan Cesca padaku, membuat saya menikmati remasan jemarinya yang lentik di penisku. Saya pun membalasnya dengan meremas payudara Cesca dan memainkan putingnya. Dia diam saja dan membiarkan tubuh telanjangnya yang indah itu diraba dan diremas oleh tangan saya. Dhea yang berada dekat dengan kami, tidak tinggal diam, dia pun dengan menempelkan payudaranya yang sekal dan bening itu, menarik turun cd yang saya pakai sampai lepas dari tubuh saya. Akhirnya, kini kami bertiga telanjang bulat, bugil polos. Aku kagum akan tubuh Cesca dan Dhea yang putih mulus, payudara yang mengantung indah dihiasi putingnya yang menawan, dan vagina yang menantang dengan dihiasi bulu kemaluan yang juga pirang itu. Sungguh suatu pemandangan indah yang menarik untuk disantap, sudah tersedia di hadapanku. Rupanya mereka kagum dengan batang penisku yang sudah membengkak itu, begitu kencang, besar dan panjang.

Tak henti-hentinya mereka meremas penisku yang sudah tegang itu dan mengelus biji pelirku. Aku pun membalas perlakuan mereka dengan melingkarkan tanganku pada pundak mereka dan mencomot payudara mereka serta meremasnya lembut. Memang kontras sekali antara tubuh mereka yang begitu halus, indah, bening bagai pualam, dibandingkan dengan tubuhku yang kurus, kasar dan hitam ini. Kalau di film bokep, ibarat bule dan negro. Kuraba tubuh ke dua wanita bule itu, tanganku meliar menyusuri lekukan tubuh indah itu. Ketika Cesca menciumku, kubalas ciuman itu dengan nafsu yang menggelora. Kuremas bongkahan pantat Cesca yang empuk itu, kupeluk dia begitu rapat dan kucium bibirnya dengan penuh nafsu. Tubuhku dan Cesca berhimpitan saling berhadapan. Dhea pun tidak mau kalah, dia merapatkan tubuh bugilnya yang mulus itu dan memelukku dari belakang. Hangat sekali diriku dihimpit oleh kedua tubuh telanjang cewek bule yang cantik itu. Silih berganti Cesca dan Dhea meremas-remas penisku. Ciumanku pun beralih, bukan saja ke bibir Cesca, tetapi juga ke mulut Dhea. Cesca lalu merendahkan tubuhnya, dan oogghhh...dia menciumi dan menggelitik batang penisku dengan lidahnya. Nikmat sekali emutan mulut Cesca mempermainkan penisku di dalam mulutnya itu. Sedotannya yang liar membuat aku mengelinjang penuh nikmat. Aku pun tidak tinggal diam, kini payudara Dhea menjadi sasaran mulutuku. Kuciumi sepasang payudara indah itu, kujilati kulitnya yang putih bersih dan kusedot pentilnya yang sudah menegang itu...eeegggssshhhh... Dhea mulai melenguh penuh nikmat. Lenguhan Dhea berubah menjadi keras, ketika jemari tanganku mulai mengerjai vaginanya yang dihiasi bulu-bulu halus itu. Kusentuh vagina Dhea dan kumasukkan jari tengahku, mengobok liang vaginanya, sambil mulutku menyedot puting susunya. Dia melenguh hebat dengan mendongakkan kepalanya dan membuka mulutnya

“Eeeesssshhh...ooouuugghhhh...aahhhsss!!” erangnya

Kukerjai habis tubuh Dhea yang indah itu, sampai dia orgasme dengan jemariku di liang vaginanya. Tubuh Dhea melemas dalam pelukanku, dan dia kembali menciumku dan memelukku sebagai ungkapan terima kasih atas kepuasan yang sudah dia dapatkan dariku. Setelah itu, Dhea berbaring, memposisikan tubuh bugilnya di atas batu itu, tampak kakinya terjuntai ke bawah bersentuhan dengan air.

Sementara itu, Cesca masih terus mengulum batang penisku yang hitam itu. Nikmat tak terkira kurasakan saat ia dengan begitu nafsu menyedot penisku yang disunat dan lidahnya menjilati lubang pipisku. Aku mengerang penuh nikmat, dan kuiringi permainan liar Cesca dengan menggenjot penisku masuk lebih dalam lagi ke dalam mulutnya sampai menyentu tenggorokkannya. Luar biasa sepongan Cesca, penisku mulai berkedut-kedut menandakan ada sesuatu yang mau keluar. Kupegang kepala Cesca dan kutekan penisku di dalam mulutnya dan....aahhhggsss...crrooottt...crrrooooottttt. Kutembak mulutnya dengan cairan spermaku. Cesca pun menerimanya dengan sepenuh hati dan menelan habis spermaku. Ah betapa nikmatnya hidup ini, bila bisa begini terus, apalagi dengan wanita cantik. Badanku pun mulai melemas, dan terus kuperhatikan tindakan Cesca yang masih menjilati kepala penisku, nampaknya dia sedang membersihkan sisa-sisa spermaku dengan lidahnya. Aku pun tersenyum puas padanya, kuangkat tubuh Cesca, kupeluk tubuh bugil itu dan kucium dia. Dia pun memelukku dengan melingkarkan tangan dipinggangku dan membuka mulutnya, supaya kami dapat berciuman dengan begitu mesra. Sambil berciuman mesra, kuelus bibir vaginanya, kumainkan jari tanganku di sana.

“Eeessshhh....” Cesca mengerang penuh nafsu

Lalu kumasukkan pelan-pelan jemariku ke liang senggamanya. Jemariku yang kasar seperti terjepit daging yang penuh kenikmatan. Kumainkan jariku di dalam vaginanya dan kusentuh lembut klitorisnya

“eeeggghhhsssss... agghhhh!” erangan penuh kenikmatan kembali terdengar.

Kukocok vaginanya dengan jariku, dan tidak lama kemudian....eeesssshhh....aaaa...ggghhh...eeehhhm. Kurasakan jemari tanganku menjadi basah, karena disemprot oleh cairan nikmat yang keluar dari vagina Cesca. Kucium dia dengan begitu mesra, keremas payudaranya yang montok dengan jemariku yang basah karena cairan nikmatnya dan kueluskan ke payudaranya yang montok. Kuremas payudaranya yang sebelah kanan dengan penuh perasaan dan kujilati terus puting susu sebelah kirinya yang merekah itu. Cesca diliputi kepuasan yang indah saat itu. Badannya mulai lemas dan bersender di bebatuan itu. Cesca mengangkat tangannya dan memberi acungan jempol, dan memerlihatkannya ke Dhea. Dhea pun sama, ia pun mengacungkan jempolnya. Mereka memuji pelayananku yang mampu memberi kepuasan pada mereka, terutama atas rangsanganku pada payudara dan vagina mereka.

Setelah dirasa cukup istirahat, Cesca dan Dhea melanjuntukan mandinya. Sedangkan aku istirahat sebentar dengan merokok. Sedang enak-enaknya merokok, saya melihat sekelebatan dari balik semak, ada bayangan seseorang. Cepat-cepat kuambil celana panjangku dan mengenakannya. Lalu saya berjalan ke tempat yang mencurigakan itu. Kubiarkan Cesca dan Dhea meneruskan mandinya sambil telanjang bulat di alam terbuka ini. Ketika aku sampai, ke arah yang mencurigakan itu, akhirnya saya memergoki seorang bapak yang sudah lama saya kenal. Namanya mang Kabir yang usianya sekitar 50 tahunan, yang sering mencari kayu kering untuk memasak atau dijual sebagai api unggun. Rupanya mang Kabir sudah lama mengintip kami.

"Maaf Sep, tadi mamang mau cari kayu kering, lalu mamang ngelihat pemandangan tadi. Mamang jadi pengen ikut nih! Kan ceweknya ada dua. Jangan di sikat semua dong" demikian kata mang Kabir.

"Hehehe si mamang ini bisa aja. Iya tuh, ceweknya juga nafsu banget. Kelihatannya habis ini, saya bisa ngewe sama mereka lagi. Mau ikut mang? Ayo deh telanjang" kataku kepadanya.

"Iya dong, mamang udah kepengen dari tadi....duh anak kasep. Terima kasih yah Sep" kata mang Kabir sambil melepaskan pakaiannya sampai bugil.

Tampak tubuh mang Kabir yang kurus kering, dekil dan hitam legam, dengan kepala yang hampir botak dan ubanan, namun penis yang mengantung di selangkangannya. Lumayan besar penis hitam yang berurat itu, pasti bisa memberi kenikmatan untuk kedua cewek bule itu. Saya pun melepas celana panjang saya, dan bugil.

"Wah...kontolmu gede juga Sep. Yuk dah kita entot tuh bule. Sana kamu jalan dulu ngenalin aku".

Kami berjalan mendekati Cesca dan Dhea, mereka terkejut melihat saya yang datang membawa mang Kabir dalam keadaan telanjang juga. Akhirnya mereka berdua menerima kehadiran mang Kabir setelah mendengar penjelasanku. Lalu kedua cewek bule itu bersalaman dengannya. Tampak Cesca mulai berbisik ke Dhea, dan mereka pun tersenyum. Tiba-tiba.... Dhea memegang dan meremas penis mang Kabir.

"Wooiii Sep, nih cewek pegang kontol mamang. Heheheehe enak euuyy, mantap!" sahut Mang Kabir

Dhea terkagum-kagum akan penis besar mang Kabir, lalu diciumnya penis itu dan dimasukkannya ke dalam mulut Dhea. Mang Kabir tampak melonjakkan tubuhnya, saat penis hitam bersunat itu dicium dan disedot oleh mulut Dhea. Dhea yang cantik dan menawan itu seolah berubah menjadi wanita liar yang haus akan penis keras mang Kabir.

Sedang enak-enaknya menonton kegiatan Dhea dan mang Kabir, Cesca memeluk saya dari belakang dan meremas penis saya yang sudah tegang itu. Tubuhnya yang indah dengan payudaranya yang montok bersentuhan menyentuh punggung saya. Betapa nikmatnya dipeluk dari belakang oleh wanita bule ini. Kubalikkan tubuhku dan kupeluk erat tubuh putihnya, kami kembali ciuman dengan sangat bergairah, lidah kami saling belit satu sama lain. Kami lalu beranjak sedikit ke tempat dimana tadi Cesca berbaring. Di atas batu yang agak besar itu Cesca berbaring, lalu membentangkan pahanya lebar-lebar memperlihatkan liang senggamanya. Tanpa malu-malu, Cesca memamerkan vaginanya yang indah merekah kepada saya. Tadinya saya mau langsung membenamkan penis saya ke liang vaginanya, tetapi saya mengurungkan dahulu niat itu. Saya ingin terlebih dahulu menikmati vagina yang menggiurkan itu dan merangsangnya dahulu. Kuciumi vagina itu dengan lembut, dan kujilati bibir vaginanya.

“Eehhh...eshhh...aaaggghh” Cesca mulai mengerang ketika lidahku menciumi vaginanya, apalagi saat lidahku bermain di dalam liang vagina itu.

Lidahku bergerak liar dan menyentil itilnya. Kusikat habis vagina itu dengan mulut dan lidahku. Luar biasa nikmatnya vagina itu, rupanya masih sempit liangnya. Setelah puas menikmati vagina itu, saya pun berdiri dan memandang wajah Cesca yang meredupkan matanya dan berkata lirih

"Sep, fuck me pleaseeee!" Itulah ungkapan mesra yang diliputi birahi luar biasa yang keluar dari mulut cewek bule itu.

"Ok Cesca, I fuck you.."

Aku kemudian berdiri, kupegang penisku yang sudah kencang itu dan kurahkan ke liang vagina Cesca. Kutempelkan kepala penisku di bibir vaginanya, dan pelan-pelan kumasukkan batang penisku ke dalam vaginanya.

“Eeesssshhhha....oh my God, uuuhh!!” Cesca merintih penuh nikmat ketika kepala penisku yang besar membelah bibir vaginanya dan mulai masuk perlahan-lahan, "Ooouugghh slow...ly... Pee...llaannn Sseeeppphhh.... Eeeghh" rintihnya menahan ngilu.

Wah luar biasa sempitnya vagina Cesca, baru masuk sepertiganya saja, sudah terasa. Begitu nikmat remasan liang vagina Cesca, membungkus batang penisku. Kutekan sedikit demi sedikit, sehingga penisku mulai masuk perlahan-lahan.

“Ooouugghhh...Asepphhh...push!!” Cesca kembali mengerang penuh birahi ketika penisku mulai masuk perlahan.

Dan....blleessss, masuklah seluruh penisku sepenuhnya, mentok, ke dalam vagina Cesca. Cesca mengerang lebih panjang dengan tubuh menggeliat ketika akhirnya seluruh penisku yang besar bersatu di dalam liang vagina sempit. Aahhhh, aku pun mulai mendesih. Kunikmati proses masuknya penisku ke dalam liang vaginanya. Luar biasa nikmat dan hangat vagina Cesca. Pelan-pelan kutarik penisku dan kutekan lagi perlahan-lahan.

“Eegghhh...ahhhh..eeeessshhh” Cesca mengerang penuh nikmat.

Gerakanku yang awalnya pelan, makin lama makin kencang dan keras. Kurasakan betapa sempitnya vagina Cesca yang begitu kuat meremas penisku yang besar dan panjang, tetapi ini semakin membuat kami tambah nikmat dalam persetubuhan itu. Kupompa vagina itu dengan desakan memaju-mundurkan penisku yang besar di dalam vaginanya. Dengan bertambah cepatnya saya mengenjot vagina itu, tambah kencang pula Cesca mengerang menikmati persetubuhan ini. Erangan itu mengungkapan perasaan puas yang ada di dalam diri Cesca. Rupanya Cesca sudah tidak kuat lagi, karena terus digenjot akhirnya ia melesakkan tubuhnya ke atas, memejamkan matanya hingga akhirnya

“I’m coming...oooohh....eehhhh!!” ia mendesah panjang mencapai puncak

Nampaknya ia sudah keluar duluan. Kurasakan tubuhnya yang mulai melemas, berbaring di atas bebatuan yang dialiri air. Kubenamkan dalam-dalam penisku mengorek vaginanya. Terukir senyuman puas di bibirnya.

"Ohh yesss Asep. Luar biasa!" Cesca memujiku.

Kulumat bibir itu dan kuciumi dengan penuh nafsu. Sementara itu, tidak jauh dari tempatku, di daerah air dangkal, saya melihat mang Kabir yang sedang menggenjot vagina Dhea dengan penisnya. Kontras sekali pemandangan yang kulihat, sama dengan pemandangan dimana aku menggenjot Cesca. Mang Kabir rupanya tidak mau melepaskan kesempatan emasnya itu, sambil memegang betis Dhea, dibentangkannya selangkangan Dhea dan dipompanya vagina Dhea yang juga masih sempit itu dengan penuh nafsu. Hal itu membuat Dhea terengah-engah dan mendesis dilanda birahi yang amat nikmat. Tua-tua gitu, Mang Kabir ternyata masih sanggup membuat wanita seperti Dhea menggelinjang nikmat. Sambil menggenjot kulihat si pencari kayu tua itu tangannya tidak pernah lepas dari payudara montok cewek bule itu. Mulut Dhea menceracau tidak karuan dalam bahasa Inggris.

“Fuck me...aaahh...fuck me harder...you dirty old man, eeeennggghh!”
Kini kuminta Cesca untuk berdiri dan memintanya menungging, dia mengikuti perintahku. Lalu kuarahkan penisku ke liang vaginanya...dan bleesss, masuklah penisku menembus bibir vaginanya sampai mentok. Kembali rintihan Cesca terdengar saat saya memajukan dan menekan penis saya dalam-dalam ke liang vaginanya. Kepalanya mendongak ke atas saat penis saya tertanam sepenuhnya di dalam kemaluannya.

Kugerakan dan kupacu erat-erat penisku yang besar menerobos vaginanya, sambil sesekali kuremas pantatnya yang seksi itu. Saat aku memutar pantat, Cesca mengerang penuh nikmat. Di satu pihak, aku merasa penisku seperti diremas-remas di dalam rongga senggamanya. Di lain pihak Cesca merasa, vaginanya yang masih rapat itu diobrak-abrik oleh penisku yang besar. Sungguh perpaduan yang luar biasa menimbulkan kenikmatan pada kelamin kami masing-masing. Setelah berkali-kali memompa vagina Cesca dengan penisku, saya merasakan sudah sampai waktunya menembakkan spermaku, kupercepat enjotan penisku dan kutekan sedalam mungkin penisku sampai mentok menyentuh dinding rahimnya. Sambil kuremas payudaranya yang montok itu dan....eesshhh croott crrooott crrrooottt, kulepaskan cairan spermaku yang pasti kental dan banyak itu memenuhi liang vaginanya. Dan pada saat yang sama, kurasakan Cesca juga mencapai orgasmenya...eehhh..aagghhhh... Ada sekitar 6 kali muncratan spermaku di dalam vagina cewek bule itu. Kami diam sejenak, menikmati dahsyatnya persetubuhan antar ras ini. Luar biasa nikmat bersetubuh di alam terbuka ini. Tidak jauh dari tempat kami, kulihat juga mang Kabir sedang berdogie-style ria dengan Dhea, pria tua itu menghela pantatnya dengan cepat sehingga seluruh penisnya yang besar dan hitam itu tertelan di dalam rongga vagina Dhea

"Aaahhh ma....mang ke...lluuaaarrr nneeennngg...ahhh." Dhea mendesah nikmat tak lama kemudian.

Crooott...crrootttt.....croooottt. Mang Kabir melepaskan spermanya di dalam liang vagina dara Australia itu. Hal itu membuat Dhea kembali sampai pada orgasme untuk yang ke sekian kalinya, mulutnya terbuka lebar, matanya terpejam. Pak Kabir mengangkat tubuh Dhea hingga posisinya berlutut membelakanginya. Tangan Dhea melingkari leher Pak Kabir, ia menengokkan wajahnya ke belakang dan langsung disambut Pak Kabir dengan melumat bibirnya.

"Eeeaaahhh...mmmm...I...am....cooo...mmiiinnggg. Eshhh." Dhea mendesah tertahan di tengah percumbuannya dengan Mang Kabir.

Mereka pun sudah sampai pada klimaksnya. Kini tampak di hadapan saya, Dhea sedang berpelukan mesra dengan mang Kabir dan saling beciuman penuh nafsu, penis mang Kabir masih terbenam utuh di dalam vagina Dhea.

Persenggamaan ini, membuat kami lelah, sekaligus puas. Tak lama kemudian, saya cabut penisku dari liang senggama Cesca...plookk. Dan kupeluk Cesca dengan penuh mesra, bagaikan sepasang kekasih. Cesca pun menyambutnya dengan memelukku manja dan menciumku. Kemudian aku dan Cesca beranjak mencari tempat yang agak dalam untuk merendam tubuh kami masing-masing yang sudah basah oleh keringat. Sejuk sekali udara saat itu, air pegunungan sungguh memberi kesegaran pada tubuh terutama selepas bersenggama. Kami duduk berendam di tengah kolam merendam tubuh kami hingga sedada. Kembali kami saling berciumanan dan berpelukkan, merapatkan tubuh kami masing-masing dengan begitu erat. Beberapa saat kemudian, datanglah mang Kabir dan Dhea menghampiri kami untuk juga ikut berendam. Kami membersihkan tubuh kami masing-masing di dalam air itu. Belum juga sepuluh menit berendam, kegatelan mang Kabir kumat lagi, tiba-tiba dia mendekati Cesca lalu memeluknya erat dan menciumnya. Anehnya, Cesca membiarkan perlakuan mang Kabir atas dirinya itu, tidak nampak penolakan sedikitpun. Melihat pemandangan fantastis itu, aku pun tidak tinggal diam. Kutarik Dhea mendekat padaku. Kami kembali berpelukan mesra dan berciuman dalam keadaan telanjang bulat, saling menyerang dalam kenikmatan. Dhea meremas batang kemaluanku yang kembali tegang. Saya pun tidak tinggal diam, tanganku mengelus dan meremas sekujur tubuh indah itu. Kuciumi payudara yang indah itu dan kusedot dengan penuh nafsu puting yang sudah tegang itu. Payudaranya masih tampak merah-merah bekas cupangan dan remasan Mang Kabir. Nafsunya gede juga tuh pak tua, pikirku. Kembali Dhea mendesah penuh nikmat. Desahannya itu begitu seksi dan menggoda, sehingga menuntunku untuk bertindak lebih jauh lagi. Di dalam air,kuelus bulu jembutnya yang lebat itu dan kumainkan jari tanganku di bibir kemaluannya. Tindakanku dibalas oleh Dhea dengan meremas batang penisku dan mengelus bijinya. Aku pun mendapat kenikmatan yang luar biasa. Sementara saya melihat mang Kabir sudah memasukkan penisnya ke dalam vagina Cesca. Dengan penuh nafsu yang meledak-ledak, Cesca menaik-turunkan tubuhnya yang dipangku oleh Mang Kabir sampai air di sekeliling mereka beriak dahsyat. Betapa nikmatnya kedua mahluk itu menikmati persetubuhan yang sensasional. Setelah dirasa, nafsu dalam diriku sudah menuntut pelampiasan, batang penisku yang sudah tegang luar biasa dan Dhea yang sudah duduk di dasar kolam sambil membentangkan pahanya lebar-lebar, kuarahkan batang penisku ke bibir vagina Dhea yang mungil itu. Perlahan-lahan kumasukkan penisku ke dalam liang senggamanya, membuat Dhea mengerang penuh nikmat. Proses masuknya penisku ke dalam liang vaginanya di dalam air begitu kunikmati, sensasi dinginnya air gunung perlahan berubah menjadi sensasi hangat begitu memasuki liang senggamanya, sungguh nikmat tak terlukiskan. Cantik sekali wajah Dhea saat dia terangsang dan basah kuyup seperti itu, sepertinya dia meminta dan memberikan tubuhnya untuk kusetubuhi.

Aku memajukan pinggulku dan...blleeesss, masuklah kini seluruh batang kemaluanku yang sudah tegang ke dalam vaginanya yang sempit. Kunikmati remasan hangatnya membungkus penisku. Luar biasa nikmatnya kejadian hari ini, dimana aku bisa menikmati dua tubuh cewek bule yang cantik, seksi dan menawan ini. Dengan penuh nafsu, kegenjot vagina itu dengan penisku. Permainanku yang awalnya lembut, berubah menjadi cepat dan liar. Hal ini membuatnya mendesah dan mengerang penuh nikmat

“Yess...agghhh...eeesssshhh...ahhgghh!!”

Suara desahan itu menambah semangatku untuk terus menggenjot vaginanya. Baru sekitar 20 menit aku menggenjot vaginanya, Dhea sudah mengerang sebagai tanda bahwa ia akan mengeluarkan cairan nikmatnya. Kupompa vaginanya dan kudesakkan dalam-dalam penisku serta kuputar pinggulku sehingga penisku seperti mengaduk-aduk vaginanya. Rasanya aku pun mengalami yang sama, akhirnya kutindih tubuh telanjang itu sambil membenamkan penisku lebih dalam. Byur...tubuh kami pun masuk ke ke air, tak lama kemudian,....croot...crrrooottt. Kutumpahkan semua spermaku di dalam liang senggamanya. Dhea pun mengalami yang sama, untuk kesekian kalinya ia sampai pada klimaks persetubuhan ini. Kurasakan vagina Dhea yang sepertinya meremas penisku, dan kucium dia dengan mesra, gelembung udara melayang ke atas dari mulut kami yang sedang berpagutan. Kami akhirnya mengangkat tubuh kami hingga terduduk di dasar kolam setelah merasa sudah membutuhkan udara segar. Aku dan Dhea sungguh mengalami kepuasan yang tak terbayangkan saat itu, sensasi orgasme di dalam air yang sungguh luar biasa.

“Wonderful Asep!” pujinya sambil tersenyum padaku.

Dan kulihat juga mang Kabir dan Cesca yang baru saja menuntaskan syahwatnya. Cesca berlutut di air sementara Pak Kabir berdiri dan menyemprotkan isi penisnya ke wajah si rambut merah yang cantik itu. Cesca membuka mulutnya menerima cipratan cairan putih kental itu dan menelannya, tangannya juga menggenggam batang penis pria itu dan mengocokinya hingga benda itu kembali melemas. Setelahnya Cesca masih memberi cleaning service dengan menjilati penis itu hingga bersih. Betapa beruntung mang Kabir hari ini, dia bisa menikmati dua tubuh wanita bule yang cantik ini. Setelah kami menuntaskan birahi kami, akhirnya kami mandi bersamaan. Setelah mandi, kami hendak melanjuntukan perjalanan kami. Mang Kabir menyampaikan ucapan terima kasih dan berpesan, bahwa sekali waktu ia ingin menyetubuhi kembali Cesca dan Dhea yang cantik menawan itu. Bagiku tidak jadi masalah, dan mempersilahkan mang Kabir datang ke tempat di mana kami berkemah. Cesca dan Dhea pun setuju untuk kembali melakukan aktivitas sex dengan saya dan Mang Kabir, tapi mereka juga berpesan padanya agar jangan memberi tahu siapapun mengenai persetubuhan tadi, cukup mereka berempat saja yang mengetahuinya.

Akhirnya kami sepakat, akan kembali melakukan persetubuhan nanti malam dan mang Kabir diminta untuk datang sekitar pukul sembilan malam. Karena nanti malam adalah malam terakhir bagi Cesca dan Dhea berada di tempat ini. Dan besok, mereka akan kembali ke Jakarta. Perjalan kami kembali ke tenda, dipenuhi dengan kegembiraan dan kepuasan. Tak henti-hentinya kami saling bercanda, saling pelukan, ciuman, saling raba dan remas anggota tubuh kami masing-masing. Sekitar pukul 4 sore, kami sudah tiba di tempat kemah kami dan kami mau istirahat dulu di tenda masing-masing. Ketika saya berjalan menuju tenda milik saya, Cesca melarang saya ke tenda itu, tetapi ia mengajak saya untuk istirahat di tendanya. Saya tidak menolak ajakan itu, saya hanya meletakkan ransel yang saya bawa dan melepas sepatu untuk diganti sendal di tenda saya itu, lalu saya menuju tenda di mana ke dua gadis bule itu istirahat. Saya akan istirahat bersama mereka. Aku masuk ke dalam tenda itu, dan...suatu pemandangan yang indah, karena mereka berdua sudah melepas kaosnya masing-masing sehingga badan telanjang mereka dan payudara yang tergantung bebas, kembali saya nikmati. Saya pun tidur di dalam tenda itu dengan ditemani 2 dara Australia yang cantik. Sekitar pk 6.30an sore, kami sudah bangun. Saya yang sudah bangun lebih dahulu, sengaja membuatkan mie goreng untuk mereka. Dan benar saja, saat mereka sudah bangun, mereka langsung menyantap mie goreng buatan saya. Tentu saja Cesca dan Dhea sudah mengenakan kaos mereka masing-masing. Setelah mie goreng itu habis, kami merokok dan kembali berbincang-bincang. Setelah itu, kami memutuskan untuk mandi di sungai di dekat kami kemping, yang jaraknya hanya 50 m. Karena hari sudah gelap, kami mandi bersama di sungai itu. Karena suasana sepi, maka kami mandi bertiga dalam keadaan telanjang bulat, di sungai itu kami saling menyabuni tubuh kami. Tentu saja suasana mandi itu diwarnai dengan tindakan saling raba dan remas. Setelah 30 menit mandi, kami kembali ke tenda. Cesca dan Dhea hanya melilitkan handuk ditubuh mereka, aku hanya mengenakan celana pendek saja tanpa kaos, dan kami berjalan menuju tempat kemah kami. Sesampainya di sana, kembali Dhea dan Cesca menarik tangan saya untuk masuk ke dalam tendanya. Di dalam tenda itu, mereka melepas handuknya, sehingga tubuh mereka menjadi telanjang bulat. Mereka memeluk saya sambil menurunkan dan melepas celana pendek saya, sehingga akhirnya, saya juga turut bugil bersama mereka. Kami kembali melakukan persetubuhan di dalam tenda itu. Kenikmatan yang tadi pagi sampai siang kami arungi, kini kembali terulang.

Dalam ketelanjangan ini, kami saling raba. Saya mencomot payudara Cesca dan Dhea bergantian dan menciuminya penuh nafsu. Tangan kiri saya mengelus vagina Cesca yang sudah terbuka dan tangan kanan saya merabai vagina Dhea, mereka kembali terengah-engah menikmati service dari jemari tangan saya. Kujejerkan tubuh Cesca dan Dhea, dan kejilati kedua vagina itu bergantian, sampai mereka merasa nikmat. Setelah saya menjilati kedua vagina itu, kini kusiapkan penis yang sudah tegang ini untuk bersatu dengan vagina indah dan sempit ke dua cewek bule itu. Mereka berdua rebutan untuk menjadi orang pertama yang ditusuk dengan penis saya. Supaya adil, lalu mereka saya undi dengan sekeping uang logam. Dan akhirnya, yang pertama kali akan saya setubuhi adalah Cesca. Betapa senangnya Cesca, mengetahui kalau dia akan menjadi orang pertama yang saya setubuhi. Dia membentangkan pahanya lebar-lebar. Dan akhirnya, saya mengarahkan penis ini ke dalam vagina Cesca. Dan eeeeggghhh...masuklah kini seluruh batang penis saya ke dalam kemaluan Cesca. Genjotanku yang tadinya perlahan, kini berubah menjadi kencang. Tanganku pun, tidak tinggal diam untuk meraba dan menikmati payudara indah itu. Dhea berlutut di sebelah kananku meminta saya untuk mengobok-obok vaginanya dengan jari tangan saya. Sehingga di dalam tenda itu, selain saya melakukan persetubuhan dengan Cesca, saya pun meraba dan mengocok liang vagina Dhea dengan jemari saya sampai ia menemukan kepuasan. Sedang asyik-asyiknya berthreesome, tiba-tiba terlihat sesosok bayangan dari luar tenda lalu terdengar suara mang Kabir dari luar memanggil kami, rupanya ia mau saja berjalan lumayan jauh dari desa hanya untuk ikut bergabung melakukan persetubuhan lagi. Mang Kabir mengatakan bahwa ia membawa kejutan yang asyik, khususnya untuk kedua cewek bule itu. Dalam keadaan telanjang bulat, aku membuka resleting tenda dan bertiga keluar dari tenda. Kami langsung terhenyak kaget begitu mendapati kejutan yang dimaksud Mang Kabir di luar sana. Ternyata di luar tenda itu, sudah menunggu sekitar 20an pria dari pemuda tanggung hingga yang rambutnya sudah memutih dari desanya mang Kabir yang sengaja diajaknya untuk menikmati tubuh mulus dan vagina sempit kedua bule yang masih muda dan cantik itu. Cesca dan Dhea saling pandang dengan wajah terbengong-bengong menyaksikan kehadiran mereka.

“Oh Jezz...it’s not good!” sahut Cesca

Wajah-wajah dengan seringai mesum yang telah mengepung kami pun mulai berjalan mendekat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar